[Book Review] Lho, Kembar Kok Beda? – Netty Virgiantini

Posting Komentar
  • Judul : Lho, Kembar Kok Beda?
  • Penulis : Netty Virgiantini
  • Penyunting :Wienny Siska
  • Desain Sampul : Chyntia Yanetha
  • Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
  • Cetakan : Ke-1, Juli 2014
  • Tebal : 216 hlm.
  • Rating : 4.5/5
  • Genre : Teenlit, Romance
  • Tersedia di bukabuku.com
Semua kesempurnaan cewek ada dalam diri Bashira. Wajahnya bulat, kulitnya kuning langsat. Rambut hitamnya bergelombang indah, pas dengan postur tubuhnya yang tinggi berisi. Kecerdasannya membuat Bashira selalu berada di posisi tiga besar dan terpilih menjadi sekretaris OSIS.

Tak ada yang menyangka Nadhira yang "ancur" adalah kembaran Bashira. Wajahnya oval dengn kulit kecoklatan. Tubuhnya mungil dan kurus, mirip papan penggilasan cucian. Dia selalu kesulitan mengikuti pelajaran sehingga wajib mengikuti kelas tambahan. Belum lagi, ia langganan dipanggil guru BP karena ketahuan menggambar saat jam pelajaran berlangsung.

"Lho, kembar kok beda?" Pasti begitu komentar orang-orang.

Setelah tujuh belas tahun hidup dalam perbedaan, akhirnya mereka menyadari satu persamaan; sama-sama menyukai Narotama! Tapi bisakah mereka bersaing secara fair dan terbuka? Ataukah malah terjebak dilema antara cinta dan saudara?
Entah kenapa, diperbandingkan dalam acara resmi begini rasanya aku ingin langsung berlari meninggalkan tempat ini. (hlm. 99)
Siapa yang mengira jika Nadhira Ramadhani yang terkenal sering masuk ruang BP dan mempunyai kemampuan otak yang pas-pasan adalah saudara kembar Bashira Ramadhani, yang terkenal cantik, pintar bahkan menjadi sekretaris OSIS. Banyak orang yang baru mengenal mereka pasti langsung akan mempertanyakannya. Karena dari segi fisik maupun kemampuan otak mereka sama sekai berbeda, bahkan untuk ukuran adik kakak.

Nadhira yang hobi menggambar dan tidak kenal waktu sering kali ketahuan menggambar saat jam pelajaran. Karena itulah ia sering masuk ruang BP. Tapi dari sanalah, Nadhira mendapatkan teman-teman dari kelas lain yang sering mandapat julukan "anak pintu belakang" selain Raven yang menjadi teman satu bangkunya. Ia sangat menyayangi teman-temannya, terutama Raven, yang sudah ia anggap sebagai adik kecilnya. Karenanya saat ada Kemal si Onta Padang Pasir mengganggu Raven, Nadhira tak sungkan untuk melabraknya.
Tak perlu bicara. Tak perlu kata-kata. Tatapannya bisa kurasakan menembus batinku, merasuki ruang khusus di hatiku dan menghangatkan semua isinya. (hlm. 150)
Sudah sejak lama Nadhira menyukai cowok terpintar di kelasnya yang bernama Narotama. Tapi karena minder dengan kemampuan otaknya, Nadhira tak pernah berani berbicara dengan Tama—terlebih karena Tama terlihat dekat dengan Bashira. Ia hanya berani meliriknya sesekali yang justru dibalas tatapan tajam dari Tama. Dan perlakuan tersebut sudah membuat jantung Nadhira berdetak dengan luar biasa.
"Kasusnya beda. Persaingan sesama perempuan merebutkan hati seseorang seringkali terasa lebih menyakitkan. Apalagi kalian saudara kembar." (hlm. 177)
Namun, menjelang ulang tahunnya yang ke 17, siapa sangka jika ia harus bersaing dengan saudara kembarnya sendiri untuk mendapatkan Tama. Meskipun harapannya kecil, Dhira ingin bersaing yang adil dengan Shira. Dan siapa pun yang dipilih Tama nantinya, tidak boleh ada yang iri dan sakit hati. Tapi... Kenapa Shira justru melanggar kesepakatan yang sudah mereka lakukan?

Lalu, bagaimana cara Dhira untuk menarik perhatian Tama agar ia bisa dekat dengannya?
***

Ini adalah kali pertama aku membaca novel karya kak Netty Virgiantini. Kesan yang aku dapatkan setelah selesai membaca Lho, Kembar Kok Beda? ini adalah sangat puas. Yah, walaupun endingnya nggantung (karena emang sengaja dijadikan dwilogy dan dilanjutin ke novel Kembar Dizigot).

Ceritanya yang segar dan bahasanya yang ringan serta enak dibaca, membuatku beberapa kali tersenyum membayangkan narasi-narasi yang dibuat oleh Nadhira. Alurnya yang pas pun membuatku tanpa sadar telah menyelesaikannya lembar demi lembar.

Penggunaan sudut pandang orang pertama memang membuat karakter Nadhira lebih tereksplor. Sayangnya, dengan penggunaan sudut pandang tersebut membuat para pembacanya menjadi kurang tahu dengan bagaimana pemikiran karakter lainnya. Dan yang paling membuatku penasaran adalah bagaimana pemikiran Bashira sebenarnya. Sebagai saudara yang berbagi rahim saat masih dalam kandungan dulu, Bashira seharusnya menjadi orang terdekat Nadhira, terlepas banyaknya perbedaan di antara mereka. Tapi hubungan Bashira dan Nadhira justru seperti saudara jauh —padahal mereka tinggal satu rumah.

Karakter yang menjadi favoritku tentu saja sang tokoh utama, Nadhira. Di usianya yang ke 17 tahun, ia telah tumbuh menjadi gadis remaja yang kuat dan mandiri. Ia juga orang yang setia kawan. Meskipun sejak kecil sering dibanding-bandingkan—bahkan terkadang cenderung dipermalukan tanpa sadar di depan orang—dengan Bashira oleh Ayahnya, Nadhira hanya bisa menerima semua perlakuan tersebut dengan lapang dada. Ia memang tidak mempunyai kecerdasan otak seperti Shira, tapi terkadang ia juga ingin dipuji karena kemampuan menggambarnya yang di atas rata-rata.

Adegan favorit dan bikin nggak bisa berhenti tersenyum itu saat Nadhira dihukum mengerjakan PR Matematika di luar kelas karena lupa mengerjakannya semalam. Kemampuan otaknya yang pas-pasan membuat Nadhira tidak bisa segera menyelesaikannya. Tiba-tiba saja si Onta Padang Pasir datang dan membantu mengerjakannya. Kemudian, saat menunggu jam pelajaran usai, Nadhira menghabiskan waktu untuk menggambar wajah Tama. Saat sedang asyik mengagumi hasil karyanya, Tama ternyata sudah ada di depannya. Dan hal tersebut tentu membuat Nadhira jadi malu sekaligus deg-degan karena orang yang ia sukai ada di depannya.

Overall, bagi penyuka novel remaja ringan dengan bumbu romance yang bikin senyum-senyum sendiri Lho, Kembar Kok Beda? ini wajib banget dibaca. Selain mengangkat tema permasalahan remaja, sedikit banyak di dalamnya juga mengingatkan kita sebagai orang tua tentang perlakuan adil terhadap anak kembar meskipun fisik dan kemampuan berbeda. Jangan sering membandingkannya. Karena hal tersebut akan berpengaruh pada kepribadian anak di masa depan. Jadi novel ini juga recomended bagi orang dewasa. 
".... Profesi apa pun kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh pasti hasilnya akan baik." (hlm. 20)
"Nadhira, setiap pekerjaan berhak mendapatkan imbalan baik berupa materi atau penghargaan dalam bentuk lain. Toh, bukan kamu yang minta bayaran. Kalau ada yang mau memberi ya terima saja." (hlm. 155)
Berani mencintai dan berani ditolak dalam waktu bersamaan, itu butuh keberanian yang sangat besar. Dan tidak semua laki-laki berani mengambil resiko itu. (hlm. 167)

Related Posts

Posting Komentar