[Book Review] If – Evy Ervianti

4 komentar
Untuk sebuah keinginanku, relakah kamu menghancurkan perasaan begitu banyak orang? Untuk sebuah cinta obsesi, relakah aku bahagia di atas kesedihan orang lain?
Background image by freepik 

Kinanti Kamaratih, atau yang kerap dipanggil Kika, terobsesi dengan cowok yang selalu ditemuinya tiap Jumat sore di Toko Buku Uranus. Kika seperti penguntit yang diam-diam memperhatikannya dari jauh. Ia tidak mengenalnya, tapi cowok itu selalu menjerat hatinya dengan pesonanya tiap kali Kika melihatnya. 

Keengganannya ikut Tante Rina liburan sekaligus ikut seminar kedokteran di Thailand, justru berbuah manis bagi Kika karena ia jadi bisa berkenalan dengan Widhi—cowok yang selama ini menjadi obsesinya—yang merupakan keponakan dr. Bangun, teman Tante Rina. Kegemaran Kika terhadap seni bela diri kempo, ternyata jadi sumber kedekatannya dengan Widhi. Euforia yang mereka rasakan selama liburan di negeri gajah tersebut, membuat keduanya pun tanpa sadar saling jatuh cinta. 

Namun, kenyataan pahit harus mereka terima begitu pulang ke Surabaya. Selama dua tahun Kika sebenarnya sudah dijodohkan tantenya dengan Mas Ari, pria baik hati dan ingin segera mengajak Kika menikah, namun sayangnya selama ini Kika tak pernah bisa mencintainya. Sedangkan Widhi sendiri ternyata juga sudah punya pacar yang juga akan segera dinikahinya di akhir tahun. 

Kika dilema ketika Widhi menawarkan jika ia akan membatalkan pertunangannya agar bisa bersama Kika. Bisakah Kika menghancurkan hati banyak orang, agar mereka berdua bahagia? 

Di saat hubungan Kika dan Mas Ari berakhir, Widhi ternyata justru menikah dengan pacarnya. Ketika Kika dan Widhi tak mungkin lagi bersama, apakah Kika masih boleh berharap entah bagaimana mereka bisa bersatu suatu hari nanti? Hanya satu yang bisa Kika yakini, sebagai seorang kenshi—ahli bela diri kempo—ia harus tetap menjunjung tinggi nilai sportivitas, tanggung jawab, dan menghargai nilai-nilai luhur kehidupan. 
Hidup kadang tidak seperti yang kita harapkan... 

If karya Evy Ervianti ini merupakan satu-satunya karya penulis dalam lini metropop selama sepuluh tahun terakhir sejak pertama kali terbit. Novel ini mengambil latar Kota Surabaya yang panas dan bercerita seputar kehidupan Kika sebagai seorang dokter dan seorang kenshi. 

Dan sesuai dengan desain sampulnya, hampir sebagian besar isi cerita dalam novel ini membahas tentang pengetahuan seni bela diri kempo dan filosofinya. Menurutku pribadi, pembahasan kempo di sini agak too much dan beberapa bagian agak bikin bosan saat membacanya, dan sering aku skip karena terkesan diulang-ulang. 

Kisah hidup Kika pun terasa monoton dan sempit karena dunianya hanya seputar kempo dan dokter. Hampir semua tokoh yang dekat dengan Kika adalah dokter; Tante Rina, Widhi, Dr. Bangun, Mas Ari, semuanya dokter. Bahkan, ia pun mengajar kempo di FK Unair. 

Novel ini menggunakan sudut pandang Kika sebagai orang pertama. Di sini pembacanya tentunya jadi lebih memahami bagaimana perasaannya terhadap Widhi dan Mas Ari. Dan menurutku, Kika di sini agak masokis dengan perasaannya sendiri, mengapa ia terus-terusan menyakiti hatinya sendiri ketika sebuah kesempatan  untuk bahagia ada. Agak bikin gemas juga dengan karakter Kika ini. 

Secara keseluruhan, novel ini tidaklah terlalu buruk untuk sebuah debut. Meski ending-nya kurang memuaskan, namun rasanya memang lebih pas. Oh ya, konon novel ini punya sekuel dengan judul So,... dengan memakai sudut pandang Widhi. 

×××

Judul : If
Penulis : Evy Ervianti
Desain Sampul : Yustisea Satyalim 
Penerbit : GPU 
Terbit : Januari 2010 (Cetakan ke-2)
Tebal : 240 hlm.

Related Posts

4 komentar

  1. Saya kurang suka sama karakter perempuan dalam novel yang secara umur sudah dewasa tapi keputusan2 yang diambilnya seperti gadis SMA. Rada aneh saja, walau pun sebenarnya pasti ada yang begitu. Seperti Jika ini yang kamu sebut masokis, kan rada bebal tuh karakternya. Jadi pembaca nggak bersimpati.

    Bagus nggak sih novel yang kalau selesai dibaca malah pembacanya benci atau nggak suka sama karakter di dalamnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada bagus dan enggaknya sih. tapi tergantung karakter dan perannya juga. misal si A karakternya bikin pembaca sebal, tapi pasti ada alasan dia seperti itu. dan sebagai pembaca, kita jadi bisa bercermin, seandainya jadi A, apakah kita akan melakukan hal yang sama setelah mengetahui alasan tindakannya?

      kalo aku sih gitu.

      Hapus
  2. Duluuuu sekali, saya kepingin banget baca buku bersampul gambar olahraga bela diri ini karena waktu itu saya sedang suka-sukanya latihan bela diri. Tapi belum kesampaian karena dulu rada susah cari buku fisiknya, hahhah. Untung sekarang sudah ada perpus digital XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget! perpus digital emang saviour bagi yang hobi baca 😂

      Hapus

Posting Komentar