"Putri Rajapatni", Wanita yang Hidup di Dua Masa, Dua Kerajaan & Satu Perjalanan Cinta

Posting Komentar
Menjadi tidak peduli pada kedudukan adalah cara terbaik menjaga kesehatan jiwa.
Putri Rajapatni - Putu Felisia
Sumber gambar Pinterest 


Gayatri lahir sebagai putri ketiga dari Prabu Kertanegara, maharaja Singosari. Terlahir dengan ramalan yang kurang menguntungkan—berada di antara anugrah dan musibah, membuat kedudukannya diturunkan satu tingkat. Gayatri pun tumbuh menjadi perempuan tangguh yang teguh memegang prinsip, meskipun ia sering kali berulah dan dihukum oleh Ayahanda karena tidak berkelakuan seperti seorang putri pada umumnya. 

Tetapi, justru karena itulah Raden Wijaya jatuh hati pada Gayatri sejak pandangan pertama. Gayatri sendiri awalnya tak suka dengan Raden Wijaya karena ia sering mengkritik tingkah lakunya dengan kata-kata yang pedas. Gayatri pun sebenarnya lebih menaruh hati pada Arya Virendra—putra penasehat Prabu Kertanegara, yang telah menjadi sahabat terbaiknya sejak mereka kanak-kanak. 

Saat perang akhirnya pecah antara Singosari dan Kadiri, Gayatri pun terpaksa melarikan diri dan bersembunyi di sebuah hutan yang terpencil. Ayahanda Gayatri mangkat beserta Ibundanya, saudari-saudarinya ditangkap, dan kejayaan Singosari pun runtuh.

Dalam persembunyiannya, Gayatri hidup sebagai rakyat biasa, dan ternyata itu justru lebih mendamaikan hatinya. Ia muak hidup dalam istana yang penuh intrik dan tipu muslihat para politisi yang hanya mementingkan kekuasaan dan berperang tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan pada rakyat. 

Saat Raden Wijaya bertekad mendirikan Majapahit, Gayatri pun dijemput dari persembunyiannya. Ia menikah dengan Raden Wijaya dan mendapat gelar Rajapatni. Dan sekali lagi, Gayatri harus terperangkap dalam intrik dan tipu muslihat para politisi di Kerajaan Majapahit. 
"Kesetiaan terhadap negara dan kesetiaan terhadap keluarga tidak dapat sejalan. Jika kau memang setia pada kerajaan ini, seharusnya kau tidak melakukan hal-hal yang memperlihatkan ambisimu."


Putri Rajapatni merupakan fiksi sejarah lokal pertama yang aku baca. Sejak buku ini nongol di timeline instagram, premis buku ini langsung menarik perhatianku. Karena, rasanya jarang sekali ada buku fiksi yang mengisahkan sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang pernah berdiri di Indonesia, apalagi jika dituturkan melalui sudut pandang seorang wanita.

Saat SMP dulu, pelajaran Sejarah merupakan salah satu pelajaran yang menarik minatku. Tapi tidak semua materi yang diberikan aku sukai—hanya bab yang membahas kerajaan-kerajaan Hindu-Budha-Islam dan manusia purba, karena dari sana merupakan tonggak berdirinya Indonesia ini. Dan selama membaca Putri Rajapatni ini sedikit banyak cukup membuatku mengingat-ingat pelajaran Sejarah yang pernah aku terima. Tapi karena sudah terlalu lama, banyak juga yang lupa. Yang paling diingat hanya mahapatih yang pernah membuat Majapahit berjaya, Gajah Mada. Btw, di sini sedikit dikisahkan asal muasal Gajah Mada, yang kalau diingat-ingat sepertinya tidak disebutkan dalam pelajaran Sejarah yang pernah aku terima.

Meski merupakan fiksi romantis, cerita dalam Putri Rajapatni ini tetap berpedoman pada fakta yang ada. Di beberapa pembuka bab, dituliskan fakta-fakta yang menjadi latar cerita. Dari sini, aku baru tahu jika ternyata Bangsa Mongolia hampir pernah menguasai Nusantara. 



Seperti yang aku sebutkan di awal, cerita dalam Putri Rajapatni ini menggunakan sudut pandang Gayatri sebagai orang pertama, yang hidup pada masa akhir kejayaan Singosari dan awal berdirinya Majapahit. Menggunakan alur maju mundur, pembaca akan dibawa bagaimana awal mula kisah hidup Gayatri dari lahir hingga nantinya menjadi wanita yang berpengaruh pada kesuksesan Majapahit kelak.

Plotnya rapi, walau ada bab yang sedikit membuat bingung karena penggunaan alur maju mundur tadi. Namun secara keseluruhan, membaca Putri Rajapatni ini merupakan pengalaman yang menyenangkan. Hadirnya kisah cinta Gayatri dan Raden Wijaya membuat makin manis cerita di dalamnya. Porsinya pas dan tidak berlebihan, sehingga tidak mengaburkan genre sejarah yang menjadi tema utamanya. 

By the way, aku membaca Putri Rajapatni ini di aplikasi ibuk. Yang penasaran, bisa membelinya di sana seharga Rp 76.450, atau bisa menyewanya selama 2 minggu dengan harga 10%-nya saja, yaitu Rp 7.645. Tapi aku sendiri sih menyewanya dengan gratis pas promo Harbolnas kemarin. 😁
"Lepaskan, lepaskan. Maka engkau akan mencapai kesempurnaan."
×××

Judul : Putri Rajapatni 
Penulis : Putu Felisia 
Penyunting Bahasa : Idha Febriana
Proofreader : Devika
Penata Letak : Fitra Auliyanti
Desain Sampul : Teddy
Penerbit : Loka Media 
Terbit : Juni 2019 (Cetakan I)
Tebal : 275 hlm. 

Related Posts

Posting Komentar