Resensi The Queen of The Tearling

Posting Komentar

"Lady, ibumu bukanlah ratu yang baik, tapi dia tidak jahat. Dia lemah. Dia tidak akan pernah bisa berjalan lurus menuju kematiannya. Fey memiliki kekuatan besar, tapi yakinkan dirimu bahwa kerusakan yang kau timbulkan adalah demi rakyatmu, bukan karena ingatan tentang ibumu. Ini perbedaan antara seorang ratu dan seorang pemarah."
Novel The Queen of The Tearling

Sejak berumur satu tahun, Kelsea telah diasingkan oleh ibunya—mendiang Ratu Elyssa, Ratu penguasa Tearling. Kelsea diramalkan tidak akan bisa hidup lebih dari setahun, karena itulah dia disembunyikan di tempat terpencil di sebuah hutan bersama Carlyn dan Barty, orang tua angkat Kelsea yang bekerja sebagai pengasuh dan pengawal Ratu sebelumnya.

Kini 18 tahun telah berlalu dan Kelsea telah berumur 19 tahun, sudah saatnya dia mengambil alih kekuasaan yang dikuasai oleh pamannya yang licik sepeninggal Ratu Elyssa. Tak mudah bagi Kelsea untuk kembali ke Tearling, karena Pamannya tak berencana menyerahkan kekuasaannya dengan sukarela. Dia bahkan menyewa para Caden (pembunuh bayaran) untuk melenyapkan Kelsea. Untungnya masih ada para Pengawal Ratu yang disumpah untuk melindungi Kelsea hingga dia tiba dengan selamat di Benteng. 

Setelah tiba di Benteng pun hidup Kelsea masih tetap tak lepas dari bahaya. Dia harus menghadapi pengkhianatan yang berasal dari pengawalnya sendiri, Fetch si pemimpin para pencuri bertopeng dan pengikutnya yang akan selalu mengawasi bagaimana Kelsea memerintah serta tak akan segan untuk membunuhnya jika dia menyimpang dari jalur yang benar, tak lupa ancaman invasi dari Ratu Merah—perang yang paling ditakuti para penduduk Tearling—karena Kelsea telah melanggar perjanjian damai yang disepakati oleh sang penguasa Mortmesne tersebut dengan Ibunya. 

Semuanya harus dihadapi Kelsea sendirian. Carlyn dan Barty yang diharapkan akan membantu Kelsea setelah naik tahta justru menghilang. Hanya bermodal kalung dengan bandul batu safir yang merupakan warisan keluarga, Kelsea berharap bisa menyelamatkan rakyatnya sekalipun pun harus dipandang sebelah mata oleh para pengawalnya karena masih banyak yang meragukan kepimpinannya. 

Terlalu sempit pemahaman mengenai kecenderungan umat manusia untuk mengulangi kesalahan mereka, terus-menerus bagai litani menakutkan. Namun, Tyler tahu sejarah adalah segala-galanya. Masa depan hanyalah bencana masa lalu yang menanti kembali terjadi. 

Membaca bagian awal buku ini sebenarnya sungguh menyiksa buatku, karena aku harus dihadapkan dengan pengenalan banyak tokoh sekaligus (karena aku pribadi punya ingatan yang payah ketika harus menghafal nama orang 😫). Walaupun adegannnya lumayan seru saat Kelsea berjuang mati-matian untuk bertahan hidup dan sampai ke Benteng, alurnya yang sedikit lambat membuatku agak bosan saat membacanya (apalagi kalau ingat poin saat pengenalan karakter). 

The Queen of The Tearling ini merupakan buku bertema distopia. Tapi sampai lebih dari pertengahan buku aku agaknya kesulitan membayangkan era yang diambil. Latar dalam cerita mengambil era kegelapan di benua Eropa, tapi di awal disebutkan tentang adanya buku elektronik. Cukup bikin pusing sih 😂 aku baru paham ketika mendekati akhir cerita. 

Aku menyukai karakter Kelsea di sini, sekalipun dia suka membangkang dan keras kepala, tapi berkat didikan orang tua angkatnya Kelsea bisa menjadi pribadi yang memiliki rasa belas kasih dan keadilan yang tinggi. Kelsea berhasil menjadi sosok yang jauh berbeda dari ibunya. 

Walaupun aku agak sebal kalau harus mengingat nama-nama tokoh di dalamnya, namun penulis berhasil membuat interaksi antar karakter mengalir dengan baik dan menarik diikuti. Tiap tokoh mempunyai karakter dan peran yang penting dalam berjalannya cerita. 

Karena masih buku pertama, banyak rahasia yang belum terungkap, seperti siapa sebenarnya ayah dari Kelsea. Tokoh-tokoh lain pun masih terselubung oleh misteri. 

Kabarnya buku The Queen of The Tearling ini akan difilmkan dengan Emma Watson (pemeran Hermione di Harry Potter) sebagai Kelsea. Tapi sampai sekarang sepertinya tidak ada kabar lanjutan tentang filmnya. Rasanya sayang sekali jika filmnya batal dibuat. 

×××

Judul : The Queen of The Tearling
Penulis : Erika Johansen
Penerjemah : Angelic Zaizai
Penyunting : Dyah Agustin
Penerbit : Mizan Fantasi
Terbit : Januari 2016
Tebal : 540 hlm.
Baca via iPusnas

Related Posts

Posting Komentar