"Mencari Simetri" Menjelang Usia Kepala Tiga

1 komentar
Kau tidak bisa menghabiskan begitu banyak waktu dengan seseorang dan menunjukkan kepedulian setelah itu jika kau tidak menyukainya. Benar?


Diusianya yang ke-29, April seperti mengalami kegagalan dan kehilangan arah dalam hidupnya. Walaupun dia memiliki pekerjaan dengan jam yang fleksibel dan gaji yang lumayan memuaskan, orang tuanya sendiri tidak puas dengan pilihan karier April karena merasa tidak ada yang bisa dibanggakan. Memiliki banyak teman, tapi satu per satu dari mereka seperti menjauh dari April karena urusan keluarga masing-masing. Dekat dengan Armin, tapi tak ada kejelasan dari hubungan di antara mereka berdua. Belum lagi dia juga harus menghadapi Papa yang sering uring-uringan padanya dan melupakan hal-hal sepele. 

April memiliki hubungan yang rumit dengan Armin selama enam tahun ini. Mereka terlalu nyaman berteman, tapi April sendiri tidak bisa melepaskan Armin dari sosok pria idealnya. Dia selalu merasa kupu-kupu memenuhi perutnya saat Armin memberikan perhatian-perhatian kecil pada April. Walaupun terkadang Armin menjauh ketika punya pacar dan April mantap untuk mengakhiri cinta platoniknya, Armin selalu berhasil membuat April kembali ke jangkauan gravitasinya. Lagi dan lagi. 


Saat April menemani Papa melakukan serangkaian tes medis tentang penyakitnya, Lukman hadir menawarkan hubungan serius dan kehidupan yang mapan. 

April harus segera menemukan cara untuk menyimbangkan hidupnya lagi, mencari simetri hatinya. Dia harus memilih hidup bersama Lukman atau menunggu Armin entah sampai kapan. Tapi, apakah hanya itu pilihannya? 

"Cinta bisa datang dan pergi."
"Komitmenlah yang membuatmu tetap bertahan saat kau bangun pada pagi hari dan tidak lagi kasmaran dengan orang yang tidur di sebelahmu."


Mencari Simetri merupakan karya ketiga dan merupakan debut penulis di genre metropop. Sebelumnya aku pernah membaca A Hole in The Head dan A Untuk Amanda, dan cukup menyukai keduanya. Walaupun berlabel metropop, sebenarnya kadar romance-nya tidak terlalu banyak dibahas di sini—justru kegamangan yang dialami April menyangkut keluarga dan teman-temannya. 

Banyak yang mengantisipasi karya debutnya ini, tapi banyak juga yang katanya agak kecewa setelah membacanya. Bagiku sendiri, aku justru sangat menikmati membaca Mencari Simetri ini—yang bahkan justru lumayan menyembuhkan reading slump-ku. Mungkin karena apa yang dialami April pernah aku alami dan kami juga berada pada tingkat usia yang sama—dimana kami seperti mengalami kegagalan dalam hidup dan tidak pernah mencapai prestasi apapun untuk dibanggakan. 

Menggunakan sudut pandang April sebagai orang pertama, penulis berhasil membuat ceritanya mengalir. Penulis juga berhasil mengungkapkan perasaan frustrasi yang dirasakan oleh April menyangkut keluarga, teman dan kehidupan asmaranya. Walaupun terkadang, ada juga bagian yang terkesan seperti April sedang bermonolog dengan bahasa yang kaku sedikit bikin bosan saat membacanya. 

Semua orang memiliki Armin mereka sendiri

Benar yang dikatakan teman April, sepertinya tiap orang punya Armin mereka sendiri. Sosok yang memberi harapan tentang romantisme tapi tidak pernah mengeksekusinya. Membuat kita seperti terjebak dalam lingkaran setan harapan dengan orang yang sama. Dan tentunya menghadapi "Armin" ini, tidaklah mudah. Butuh tekad yang kuat untuk mempertegas hubungan dengan "Armin" ini, seperti yang dilakukan April. 

Kurasa kebanyakan pertemanan berakhir bukan karena perselisihan dan pertengkaran, melainkan karena salah satu atau keduanya sudah larut dalam hidup mereka masing-masing.


Selain itu hubungan pertemanan April sepertinya juga relatable dengan kehidupanku. Sekali waktu, pernah juga merasa tersisih seperti April. Dimana teman-teman dekatku semakin maju dengan hidup mereka, sementara aku terjebak pada tingkatan hidupku yang sekarang—merasa seolah aku tidak bisa lagi masuk dalam lingkungan mereka. 

Salah satu yang menjadi favoritku dari Mencari Simetri ini adalah hubungan antara karakternya yang terasa nyata, terutama bagian April dan Papa. Saat membacanya sedikit banyak menyentil hatiku. Walaupun cukup bisa menebak tentang penyakit Papa, tapi perkembangan hubungan keduanya selalu menjadi yang aku tunggu-tunggu selain perkembangan kisah cinta April. 

Bagiku, Mencari Simetri ini merupakan novel metropop yang bagus dan wajib dibaca. Hal-hal yang diangkat penulis sangat dekat dengan keseharian kita—terutama untuk para wanita yang mengalami krisis hidup menjelang usia 30an. 

Meskipun bisa dibilang novel Mencari Simetri ini tidak terlalu tebal, banyak sekali kutipan yang menarik di dalamnya. 

"Tahu tidak, hanya karena kau menyukai seseorang, bukan berarti kau tidak boleh pergi dengan orang lain. Tidak ada istilah monogami dalam dunia taksir-menaksir. ..."

Namun, memiliki anak adalah komitmen yang sangat permanen. Zaman sekarang kau bisa mengubah apa saja dalam hidupmu. Tidak suka pekerjaanmu? Berhenti, cari yang baru. Tidak suka pasanganmu? Kau bisa bercerai. Tidak suka rambutmu? Potong, luruskan, warna biru. Namun, jika kau tidak suka menjadi orang tua, tidak ada jalan mundur. Kau tidak bisa begitu saja meninggalkan mereka. Tidak tanpa meninggalkan luka emosional.

Namun, pertemanan di usia dewasa itu beda lagi; seperti hubungan lain, kau harus terus membuat usaha ekstra untuk mempertahankannya.

"... Ketika orang-orang menaruh ekspektasi mereka terhadapmu dan kau tidak mau memenuhinya, itu bukan masalahmu. Kau tidak bisa memenuhi ekspektasi semua orang."

"Coba dengar. Pacaran sama saja dengan menyimpan bon. Kau masih bisa mundur, masih mencari yang lain. Namun begitu kau menikah, opsi untuk melarikan diri sudah hilang, tidak peduli seberapa cepat kau ingin kabur. Kau jadi belajar berpuas diri dengan pilihan yang kaubuat."

×××

Judul : Mencari Simetri
Penulis : Annisa Ihsani
Penyunting : Mery Riansyah
Desain Sampul : Sukutangan
Penerbit : GPU
Terbit : 2019
Tebal : 240 hlm.

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar