"Polaris Musim Dingin", Perjalanan Mencari Bintang Utara & Jawaban

Posting Komentar
Karena setelah tiba waktunya bagi mereka untuk pergi, kau tidak akan pernah bisa melarang mereka untuk pergi. Dan tidak peduli betapa kau ingin mereka kembali, kalau mereka memang tidak ditakdirkan untuk kembali berada di kehidupanmu, mereka tidak akan kembali.
Sumber gambar designbundles 


Higashino Akari menerima paket berisi berlembar-lembar tiket Shinkasen dari seseorang yang tidak dikenalnya. Sebuah paket yang tak hanya berisi tiket-tiket, tapi juga lima buah surat dari Sensei—seorang yang bertahun-tahun lalu menyelamatkan Akari dari masa keterpurukannya. Sosok yang mengajarinya untuk tidak pernah menyerah dalam hidup—yang menghilang secara tiba-tiba dari hidup Akari lima tahun lalu. 

Merasa terusik, Akari pun memutuskan untuk melakukan perjalanan menggunakan tiket-tiket yang diterimanya. Sebuah perjalanan yang membuatnya bertemu kembali dengan Minami Ryuji dan Nishijima Misaki—dua sahabat yang didapatnya setelah bertemu dengan Sensei. Juga Kitagawa Kyouhei, seseorang dari masa lalu Akari yang menempati tempat spesial di hatinya. 

Di antara kenangan, perjuangan, dan janji-janji yang teringkari, Akari bertekad menyelesaikan perjalanan tersebut untuk menjawab berbagai pertanyaan yang selama ini ada dalam hatinya; Mengapa Sensei meninggalkan mereka? Dan mengapa surat-surat beliau baru diterimanya sekarang? 
"Seberat apa pun masalahmu, cobalah untuk lebih sering tersenyum. Kau akan sadar kalau hidup itu tidak seberat yang kau pikirkan."


Sejak membaca 3 (Tiga), nama Alicia Lidwina langsung menjadi penulis yang karyanya akan aku antisipasi dan aku nantikan. Dan ketika novel Polaris Musim Dingin akhirnya ini terbit, tidak butuh waktu lama bagiku untuk segera membacanya. 

Polaris Musim Dingin mengambil latar negara Jepang seperti novel debut penulis sebelumnya. Berkisah tentang Higashino Akari yang melakukan perjalanan dari Otaru—sebuah kota kecil di ujung utara Jepang, menuju ke Kagoshima—sebuah kota di ujung selatan Jepang. Di sini penulis menggambarkan latar tempat dan suasana secara detail, sehingga membuat pembaca seperti ikut merasakan sendiri apa yang dialami Akari di dalam cerita. 
Perjalanan Akari ini terbilang nekat dan berbahaya sebenarnya—seperti kata Kyouhei, karena ia sendiri tidak mengenal pengirim tiket-tiket Shinkansen yang ia terima. Tetapi demi menemukan kembali Sensei, seorang wanita tua yang telah Akari anggap sebagai bintang utaranya—yang menolongnya saat ia mengalami keterpurukan dan membimbingnya untuk memiliki sebuah tujuan—yang menghilang secara tiba-tiba dari hidupnya dan tidak memberikan kabar selama bertahun-tahun, Akari bertekad untuk menemukan Sensei dan menyelesaikan perjalanan tersebut meski ia tidak tahu apa yang menantinya di akhir perjalanan itu. 

Ditemani Kyouhei, Akari melakukan perjalanan dari ujung utara ke selatan Jepang dan singgah di berbagai kota yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan ia datangi. Perjalanan itu sendiri seperti menapak tilas perjalanan yang dilakukan Sensei sebelum menghilang tanpa kabar. Berbekal surat-surat dan tiket-tiket Shinkansen yang diterimanya, Akari berusaha memahami alasan kepergian Sensei dan alasan mengapa surat-surat yang ia terima baru dikirimkan lima tahun kemudian, jika dilihat dari kata-kata yang Sensei tulis, surat itu seharusnya Akari terima sudah sejak lama. 


Menggunakan alur maju mundur dan sudut pandang Akari sebagai orang pertama, pembaca akan dibawa pada kilas balik pertemuan pertama Akari tak hanya dengan Sensei, tapi juga Kyouhei—teman semasa SMA yang dikenalnya selama beberapa minggu lalu tiba-tiba menjauhinya, Ryuji—bocah SMA yang berusia lima tahun di bawah Akari yang berpenampilan seperti preman karena tidak diperhatikan oleh orangtuanya, dan juga Misaki—anak SMP yang hampir kehilangan harapan hidup karena orangtua yang menentang hobinya.

Jika dalam 3 (Tiga) memiliki aura cerita yang kelam dan muram, dalam Polaris Musim Dingin ini memiliki aura cerita yang berbeda. Meski mengambil latar waktu pada musim dingin di Jepang yang menggigit, penulis berusaha menekankan jika akan selalu ada kehangatan dan cahaya harapan yang bisa didapatkan dari tempat-tempat dan dari orang-orang yang tidak pernah kita sangka. 

Novel ini memiliki tema yang kaya dan cerita yang "penuh" menurutku—yang rasanya tidak akan pernah cukup jika aku tuliskan di sini tanpa spoiler. Jadi yang ingin tahu seperti apa, lebih baik untuk segera membacanya sendiri. 

Sayangnya ada banyak saltik—terutama di surat yang Akari tulis juga di bagian blurb novel, yang seharusnya ditulis "Ryuji dan Misaki" tetapi justru "Ryuji dan Minami", padahal Minami merupakan nama lengkap Ryuji. Agak mengganggu dan bikin kecewa sebenarnya, karena sudah melewati tahap proofread dan masih lolos. Tetapi semoga saja kesalahan tersebut bisa diperbaiki kalau cetak ulang. 

Meski demikian ada banyak sekali kutipan-kutipan bagus di dalam novel ini (dan nanti akan aku tuliskan dalam postingan tersendiri agar tidak spoiler). Oh ya, ada juga sedikit fun fact tentang novel 3 (Tiga)


Setiap kali kau takut untuk menghadapi kehidupan ini ingat lah kalau kau tidak perlu memikirkan apapun yang akan terjadi dalam seminggu, sebulan, atau setahun lagi. Hidup akan terus menemukan cara untuk membuatmu terjatuh, dan Sensei tahu terkadang rasanya akan sulit sekali untuk mencoba percaya pada dirimu sendiri; percaya kalau kau bisa melalui semua ini. 
×××

Judul : Polaris Musim Dingin
Penulis : Alicia Lidwina
Penyunting : Tri Saputra Sakti
Proofreader : Kavi Aldrich
Desain Sampul : Zuchal Rosyidin
Penata Letak : @bayu_kimong
Penerbit : GPU 
Terbit : Januari 2020
Tebal : 416 hlm. 

Related Posts

Posting Komentar