Resensi Novel Purple Prose

2 komentar
"Karma itu seperti asap, Ya. Dia selalu ada di udara, walaupun tidak terlihat. Ketika waktunya tiba, dia akan datang untuk menagih pertanggungjawaban."




Tujuh tahun lalu akibat kematian sahabatnya yang overdosis, Galih melarikan diri ke Jakarta—meninggalkan rasa bersalah yang sangat besar dalam hatinya juga dendam dari keluarga sahabatnya. Tapi kini  demi mengejar karier dalam bentuk promosi jabatan, Galih bertekad kembali ke Bali sekalipun masa lalu akan mengusik kehidupan damai yang telah susah payah dia bangun lagi. 

Tujuh tahun lalu gara-gara kekonyolan Roya, Kanaya—adiknya—harus menderita seumur hidup akibat trauma yang tak mungkin bisa dilupakannya. Roya begitu menyesal karena menjadi penyebab luka adik semata wayangnya. Karena itu Roya akan berusaha melakukan segala hal demi kebahagiaan Kanaya—sekalipun artinya Roya harus melepaskan kebahagiaannya sendiri. 

Roya bertemu dan berkenalan dengan Galih di tempat kerja barunya. Kehadiran Galih membuat Roya belajar untuk bisa memaafkan dirinya sendiri atas kesalahan yang pernah mereka buat. Saat hubungan keduanya semakin dekat dan mantap, hubungan mereka diuji dengan ujian yang begitu besar dan berpotensi menyakiti perasaan banyak pihak.


"Prosa  ungu itu semacam kalimat berlebih yang sering muncul di sebuah buku, biasanya sih novel. Kalimat-kalimat yang boros kata, bertele-tele, rumit, dan seakan menarik perhatian untuk dirinya sendiri. ..."

"Itu juga terjadi sama kita, Ya. Kamu sama seperti aku. Sama-sama terjebak dalam kesalahan masa lalu. Jika disamakan dengan buku, berlembar-lembar kisah kita hanya dipenuhi oleh purple prose, oleh penggambaran rasa sakit dan sesal atas peristiwa itu. Kita terlalu terikat dengan kesalahan di masa lalu. Padahal dalam berlembar-lembar yang terbuang itu kita bisa maju selangkah, atau setidaknya berusaha untuk move on. Tetapi kenyataan kita nggak bisa, terus saja mikirin hal itu sampai sakit kepala sendiri."

Berawal dari tantangan membaca novel metropop, tanpa sengaja aku menemukan novel Purple Prose ini. Sejak melihat desain sampul dan blurb-nya, langsung membuatku penasaran dengan kisah di dalamnya.

Adegan dibuka dengan sebuah cerita dari tujuh tahun lalu, dimana sebuah peristiwa traumatis dialami oleh Kanaya yang mana peristiwa tersebut terjadi akibat perbuatan konyol Roya. Peristiwa tersebut tidak dijelaskan secara persis bagaimana bisa terjadi—membuatku jadi menebak-nebak dengan benang merah yang nantinya terjalin antara Roya, Galih dan Kanaya.

Seting Bali yang diambil penulis terasa begitu detail dengan deskripsi lokasi dan budayanya yang cukup kental, membuatku seolah-olah merasakan sendiri suasana di Pulau Bali. Pemilihan POV ke tiga yang bergantian antara Roya dan Galih yang digunakan penulis pun menurutku sangat tepat.


Purple Prose merupakan karya pertama penulis yang aku baca, dan aku tidak menyangka jika tema yang diangkat di dalam cerita begitu berat, tapi selain itu juga sangat dekat dengan keseharian kita. Walaupun sudah bisa menebak bagaimana akhirnya hubungan Roya dan Galih, saat sampai epilog aku justru berharap penulis membuat cerita dari sudut pandang Kanaya. Karena rasanya aku tidak mau novel ini tamat begitu saja. 😥

Membaca buku ini membuat kita menyadari bahwa masa lalu tidak akan pernah bisa diubah, dan memang penerimaan itu butuh waktu, tapi penyesalan juga tidak akan membawa kita kemana-mana.

"Saat kita bersembunyi setelah melakukan sebuah kesalahan, kita pasti akan selalu merasa ketakutan, Galih. Kita akan selalu terbayang hukuman yang akan kita terima. Entah itu dimarah, dipukul, atau dicaci maki. Padahal, kenyataannya, kita nggak benar-benar akan tahu apakah kita akan mendapat hukuman atau tidak jika ketahuan kan?"

×××

Judul : Purple Prose
Penulis : Suarcani
Penyunting : Midya N. Santi
Penyelaras Aksara : Mery Riansah
Desain Sampul : Orkha Creative
Penerbit : GPU
Terbit : Oktober 2018
Tebal : 304 hlm.

Related Posts

2 komentar

  1. Novelnya rekomendasi, Mbak? Sepertinya bisa jadi salah satu novel yang wajib baca. Saya belum pernah baca novel metropop dengan gaya yang seperti Suarcani di novel metropop lainnya. Lovely review

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo gak masalah sama genre-nya yang angst, rekomendasi banget mbak 😊 bagus banget menurutku ceritanya.

      Hapus

Posting Komentar